Rabu, 09 Februari 2011

ASPEK LUAR NEGERI PEREONOMIAN INDONESIA

BAB I
ASPEK LUAR NEGERI PEREONOMIAN INDONESIA


A. UTANG LUAR NEGERI
1. Faktor – Faktor Penyebab Utang Luar Negeri
Salah satu komponen penting dari arus modal masuk yang banyak mendapat perhatian di dalam literatur mengenai pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah utang luar negeri (ULN) . Isu ini juga menjadi sangat penting bagi Indonesia saat ini., sejak krisis ekonomi yang diawali dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhad dolar Amerika Serikat [pada pertengahan tahun 1997 lalu nyaris membuat Indonesia bangkrut secara finansial karena jumlah ULNnya terutama dari sektor swasta yang sangat besar , ditambah lagi denagna ketidakmampuan sebagian besar dari peruahaan-perusahaan dalam negeri untuk membayar kembali ULN mereka.
Sejak krisis ULN dunia yang terjadi pada awal dekade 1980-an , Masalah ULN yang dialami oleh banyak negara berkembang tidak semakin baik, sampai negara –negara pengutang besarterpaksa melakukan program-program penyesuaia struktural terhadapekonomi dalam negeri mereka atas desakan dari bank dunia dan IMF, sebaga syarat utama untuk mendapatkan pinjaman baru atau pengurangan tarhadap pinjaman lama.
Tingginya ULN dari banyak negara berkembang disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor yaitu:
• defisit transaksi berjalan
• kebutuhan dana untuk investasi melebihi jumlah dana yang tersedia di dalam negeri karena tabungan domestik rendah
• tingkat inflasi yang tinggi.



2. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia
Dalam kasus Indonesia, perkembangan ULN-nya menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara peningkatan atau laju pertumbuhan PDB rill dan peningkatan jumlah ULN atau antara peningkatan pendapatan rata-rata perkapita dan peningkatan jumlah ULN (growth wih indebtedness). Pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata per tahun sejak akhir 1970 selalu positif dan tingkat pendapatan perkapita terus meningkat, tetapi jumlah ULN Indonesia juga bertambah terus setiap tahun. Seharusnya, korelasinya negatif (grow with prosperity). Hal ini mencerminkan walaupun Indonesia sudah lebih maju dibandingkan LDCs lain, terutama di negara-negara di Afrika tengah, ketergantungan ekonominya terhadap BLN tidak jauh berbeda dengan negara-negara tersebut. Akan tetapi, banyak LDCs lainnya yang juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama dekade 1970-an hingga 1980-an juga menunjukkan fenomena yang sama seperti Indonesia.
ULN Indonesia terdiri atas utang jangka panjang pemerintah dan utang jangka panjang swasta yang digaransi maupun tidak oleh pemerintah , utang jangka pendek, dan kredit IMF.Proporsi pinjaman dari IMF di dalam total ULN Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar sejak krisis ekonomi melanda Indonesia. Akhir tahun 1998 pinjaman Indonesia dari badan keuangan dunia tersebut mencapai 9 miliar dolar AS. Dapat dikatakan bahwa selama krisis, selain komponen-komponen ULN lainnya , pinjaman IMF menjadi sangat penting yang membuat Indonesia tidak sampai mengalami status “kebangkrutan” secara finansial.
Laporan Bank Indonesia tahun 2000 menunjukkan bahwa ULN Indonesia sampai dengan Oktober 2000 tercatat sebesar US$140 miliar atau menurun 5,5% dari posisi utang akhir tahun 1999 sebesar US$ 148,1 miliar.Penurunan tersebut bersumber dari penurunan posisi utang swata maupun pemerintah. Penurunan posisi utang swasta terjadi karena adanya pelunasan utang , terutama dari swasta non bank . Sementara itu posisi penurunan utang pemerintah adalah akibat dari pelunasan utang serta damapak dari melemahnya yen terhadap dolar AS . Hal ini karena selain dari valuta AS , ULN pemerintah dalam bentuk mata uang yen juga cukup banyak. Berikut ini adlah tabel Posisi ULN Indonesia sejak tahun 1999-oktober 2000 dalam jutaan dolar AS




1999 2000
Maret Juni September Oktober
Pemerintah 75.826 75.292 76.487 75.405 74.800
Swasta: 72.235 68.991 67.678 65.396 65.197
Bank 10.836 10.379 10.314 9.385 7.975
Non Bank 58.243 55.309 54.917 53.714 55.027
Surat berharga 3.156 3.303 2.447 2.297 2.195
Total 148.097 144.283 144.165 140.803 139.997

B. Penanaman Modal Asing
1. Arti Penting Modal Asing
Ciri negara terbelakang ialah, modal kurang/tabungan rendah, investasi rendah. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil tetapi juga laju pembentukan uang modal sangat rendah. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan untuk menaikkan laju pembentukan modal yang ada melalui investasi. Malahan langkah tersebut menyebabkan merosotnya standar konsumsi, dan membuat rakyat semakin menderita. Impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah dan dengan demikian menaikkan laju tabungan marginal dan laju pembentukan modal.
Selain itu modal asing juga dapat mengatsi keterbelakangan teknologi. Bersamaan denagn modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan tekhnik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, tekhnik-tekhnik produksi maju dll . Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru.
Negara terkebelakang juga tidak sanggup mengawali industri-industri dasar dan industri-industri kunci secara sendirian dan melalui modal asing mereka dpat mendirikan pabrik baja, alat-alatmesin, pabrik elektrik kimia dll. Perusahaan swasta di negara terkebelakang enggan melakukan usaha yang mengandung resiko, seperti penggarapan sumber alam yang belum dimanfaatkan dan penggarapan daerah-daerah baru . Modal asing menaggung semua resiko dan kerugian yang timbul pada tahap perintisan. Dengan demikian modal asing membuka daerah baru,memanfaatkan sumber baru , dan membantu melipat gandakan sumber alam dan menghilangkan ketidak seimbangan kawasan. Sebagai akibat wajar yang dikemukakan diatas maka kita dapat mengatakan semuanya cenderung meningkatkan kesempatan kerja dalam perekonomian.
Akhirnya modal asing mengatasi kesulitan neraca pembayaran yang dialami oleh suatu negara terbelakang dalam proses pembangunan. Untuk mempercepat pembangunan ia perlu mengimpor barang-barang modal,komponen, bahan mentah kecakapan tekhnik dll. Selain itu keperluan impor akan bahan makanan meningkat secara cepat karena tekanan penduduk. Tetapi ekspor ke negara-negara maju menurun. Kesenjangan antara ekspor dan impor menimbulkan kesulitan neraca pembayaran. Melalui modal asinglah negara terbelakang dapat memenuhi smua keperluan impornya dan pada saat yang sama menghindarkan kesulitan neraca pembayaran.
2. Jenis Investasi asing
a. Modal asing swasta :
• Investasi langsung adalah perusahaan dari negara penanam modal secara de facto atau de jure melakukan pengawasan atas aset yang ditanam di negara pengimpor modal dengan cara investasi itu.Bentuk investasi langsung seperi pembentukan suatu cabang perusahaan di negara peingimpor modal,pembentukan suatu perusahaan dimana perusahaan dari negara penanam modal memiliki mayoritas saham
• Investasi tidak langsung lekan yang lebih dikenal sebagai investasi porofolio atau rentier yang sebagian besar terdiri dari penguasan atas saham yang dapat di pidandahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal) atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan .Para pemegang saham mempunyai hak atas deviden saja.
Hambatan Pada Investasi Asing Swasta
Faktor-faktor yang menghambat investasi asing swasta tidak hanya faktor ekonomi tapi juga politik, hukum dan budaya. Faktor-faktor tersebut adalah:
a) Kecilnya pasar domestik yang menyebabkan Rate of Return pada modal rendah
b) Kekurangan fasilitas dasar seperti transportasi, tenaga dan keperluan umum lainnya, sistem perbankan dan kredit dan buruh terampil
c) Kekahwatiran diskriminasi pada pengadialan lokal karena perbedaan konsepsi hukum
d) Ketidak stabilan politik dan ekonomi dll.
Langkah-langkah Untuk Mendorong Investasi Asing Swasta
Untuk mendorong investasi asing swasta dapat diambil langkah-langkah berikut:
a) Pemerintah negara terbelakang harus memberikan informasi kepada perusahaan asing mengenai ruang lingkup kesempatan investasi
b) Pemerintah negara peminjam modal bisa menurunkan biaya produksi perusahaan asing dengan menyediakan fasilitas dasar yang memadai seperti transportasi, tenaga, pekerjaan umum dan sebagainya
c) Mereka harus memberikan fasilitas bagi pengalihan laba, deviden, bunga dan pinjaman pokok dengan memperhatikan posisi neraca pembayaran sendiri
d) Memberikan kelonggaran pajak kepada investor asing dll.

b. Modal asing negara:
• Bantuan bersyarat adalah bantuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain dengan menetapkan beberapa persyaratan tertentu.
• Bantuan tidak bersyarat adalah bantuan yanga diberikan suatu negara kepada negara lain tanpa persyaratan

3. Perkembangan Arus Modal Asing di Indonesia
Peningkatan arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi jangka panjang dan pendek maupun utang luar negri, terbukti sangat penting bagi indonesia, terutama pada masa krisis ekonomi. Modal asing diperlukan selain untuk meningktkan investasi di dalam negri , selama tidak memberikan dampak negatif terhadap pembentukan / pertumbuhan tabungan domestik juga untuk membiayai defisit transaksi berjalan (impor) atau menutupi kekurangan cadangan devisa.
Laporan dari bank dunia pada tahun 1997 memperlihatkan perkembangan arus modal internasional dari DCs ke LDCs sangat pesat sejak akhir dekade 1980-an. Perkembangan ini ditandai oleh peningkatan partisipasi dari investor-investor dan lembaga-lembaga keuangan Dari DCs di pasar uang / modal di LDCs. Perkembangan ini di dorong oleh liberalisasi pasar pasar uang dan modal di pasar uang dan modal di banyak LDCs seperti Indonesia. Menjelang akhir dekade 1980-an, yang antara lain menghapuskan pengawasan pemerintah terhadap lalu lintas modal dan membebskan tingkat suku bungakepada mekanisme pasar. Hasil laporan IMF tahun 1998 mengenai arus modal masuk neto menunjukkan bahwa selama periode 1994-1998 arus modal neto meningkat dari sekitar 160,5 miliar dolar AS pada tahun 1994 menjadi 122 miliar dolar AS pada tahun 1998dan diperkirakan akan bertambah menjadi 196,4 miliar dolar AS di tahun 1999.
Sejak tahun 1993 arus modal masuk yang berasal dari sektor swasta ke indonesia mengalami peningkatan yang lebih besar di banding dengan negara-negaraASEAN.Akan tetapi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia ditambah lagi dengan ketidak stabilan politik dan sosial serta ketidak pastian hukum terjadi arus modal keluar. Salah satu penyebab menurunnya miknat investasi di Indonesia adalah resiko politik.Stabilitas politik di Indonesia memang cenderung sedikit membaik setelah usainya sidang tahunan MPR Agustus tahun 2000. Namun, pada waktu itu investor masih dihantui pertanyaan yang sama, yaitu sampai kapan Abdurahman Wahid sanggup bertahan. Pada tahun 2001, setelah DPR mengeluarkan memorandum 1 dan 2 harapan presiden gusdur dapat bertahan semakin tipis dan spekulasi bahwa akan terjadi gonjangan politik yang besar setelah sidang istimewa MPR di gelar pada bulan Agustus 2001 cenderung menjadi suatu kenyataan. Kekhwatiran ini dapat dilihat dari semakin banyaknya modal yang keluar dari indonesia karena pelarian modal biasanya merupakan tanda-tanda yang paling meyakinkan akan adanya peningkatan resiko politik
.
Pemerintah menilai arus modal asing telah masuk Indonesia sejak Maret 2009. Hal itu terjadi akibat kepercayaan investor asing telah pulih terhadap Indonesia setelah keluar mulai Januari sampai Februari 2009.
Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, menyatakan arus modal asing masuk ke indonesia mulai Maret 2009. Modal asing yang dimaksud adalah pembelian obligasi dan saham.

Sebanyak Rp1,815 triliun arus modal asing masuk Indonesia pada Maret 2009. Angka ini naik menjadi Rp2,602 triliun pada April 2009.

Namun, pada Mei 2009 arus modal asing masuk Indonesia, ujar Sri Mulyani, turun menjadi Rp1,974 triliun. Angka ini kembali turun pada Juni 2009 menjadi Rp1,862 triliun.

Sebelumnya, arus modal asing modal asing kabur dari Indonesia sebesar Rp562 miliar pada Februari 2009. Angka ini lebih kecil ketimbang pada Januari 2009 sebesar Rp1,16 triliun.

Sri mengemukakan IHSG Indonesia dinilai tiga besar terbaik setelah China dan India. Hal ini didorong kepercayaan investor kepada Indonesia.

Pada sisi lain bond net foreign buying di pasar obligasi sebesar Rp3,88 triliun pada April 2009. Angka ini naik menjadi Rp5,19 triliun pada Mei 2009.

Sebelumnya, arus modal keluar di pasar obligasi sebesar Rp1,17 triliun pada Maret 2009. Angka ini lebih rendah ketimbang Februari 2009 dari Rp5,122 triliun dan Januari 2009 sebesar Rp1,582 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar